Apa Salahku, Tuhan? - Bukan Hanya Sekedar Kata

Selamat datang di Bukan hanya sekedar kata, Surganya pecinta pembaca mulai dari cerita tentang kehidupa, cerita tentang percintaan, kata motivasi dan berita viral serta tips and trick mengenai blogger - Semoga bisa bermanfaat untuk kalian.

Breaking

Saturday 2 May 2020

Apa Salahku, Tuhan?

Apa Salahku, Tuhan? 



 Writer By Difa Kusumawardany

"Aku tahu, aku telah membuat semua ini menjadi kacau. Ini semua bukan salahku? Jelas ini bukan yang aku mau. Tidak... tidak ini semua memang kesalahanku. Lalu aku harus bagaimana Tuhan?" Ucap Kepada diriku sendiri.

"Aku tidak ingin terlihat sedih, Tuhan. Tidak, aku memang menyedihkan."

"Tuhan, bagaimana ini semua bisa terjadi? Apakah kau belum cukup menghukumku?
Ini bukan salah aku!"

Tuhan berkata, "Tidak! ini salahmu." "Mengapa kamu membiarkan penyakit mu lebih unggul daripada logika mu?" Ucapnya.

"Hei! ini semua jika dipikirkan dengan logika, akan sangat masuk akal." Kataku.
Tuhan berkata, "Lagi lagi kamu salah dalam berfikir!"
"Lihat, betapa menderitanya dia karena ulahmu. Apakah kamu tidak menyadarinya?"
"Aku tidak salah, Tuhan! ini semua salahmu!" Aku berteriak frustasi.
"Wahai hambaku, ini semua salahmu. Lantas mengapa kau menyalahkan ku?"
"Ini memang ulahku, ya aku salah."

"Lalu, siapa yang patut disalahkan karena penyakit ini?"
"Tidakkah kamu puas karena telah menyiksaku selama ini?"
"Tuhan, ayolah. kamu telah menyiksaku selama 18 tahun ini. Kamu memberikanku penyakit mental dan penyakit kanker yang sewaktu waktu bisa membunuhku, kamu mengirimku pada keluarga yang tidak mau menerimaku, dan kamu memberikan kehidupan yang tidak layak padaku.
Aku bisa terima itu semua, tuhan.
Tapi mengapa kau tidak pernah membiarkan aku bahagia? sekali saja. Aku ingin merasakan kebahagiaan yang layak, tuhan!
mengapa kau membuat dia pergi dari ku? Mengapa tuhan?"

Tuhan berkata, "Jika aku membiarkanmu bahagia bersama dia, apakah kamu menerima bila dia menderita bersamamu?"
"DIA TIDAK MENDERITA! JELAS DIA BAHAGIA BERSAMA KU!" Kataku.
"Apa yang telah kamu perbuat akhir akhir ini, wahai hambaku?", "Kau membuat dirinya menderita." Ucap Tuhan.

"TIDAKK.. Ini bukan yang aku inginkan! Dia bahagia bersamaku! Aku dan dia telah merancang masa depan! Dia tidak pernah menderita! Ini salahmu! Kembalikan dia untuk ku!" Teriak ku.

"Lalu, jika dia bahagia bersamamu mengapa dia pergi meninggalkan mu wahai hambaku?"

.... (Aku hanya bisa diam)

"Kau sangat egois jika bersikeras menginginkan dia kembali dihidupmu. Kau harus bisa menerima takdirmu, wahai hambaku."

Aku berkata, "Aku ingin bahagia, Tuhan.", "Tolong rubah takdirku, Aku ingin bahagia bersamanya.", "Ini semua bukan salahku. Ini semua karena penyakit mental yang kau berikan padaku, Tuhan.", "Aku mohon, Tuhan.."

"Kau harus bisa menerima garis takdirmu.", "Percayalah, aku tidak pernah salah dalam menetapkan takdir seseorang. Aku maha adil."

"Tidak, kau tidak adil.", "Apa arti keadilan bagimu? Lihat, kau membiarkan aku menderita! Kau membuat kebahagiaan dihidupku menjadi sirna! Kau selalu menyiksaku! Kau selalu memainkan kehidupanku! Aku tidak percaya lagi terhadapmu!"

Tuhan berkata, "Dunia ini sangat singkat. Percayalah, kau akan mengerti jika kau telah pergi meninggalkan dunia ini."

"Yasudah, akhiri hidupku!", "Aku tidak sanggup hidup didunia jika seperti ini.", "Sungguh, aku menyerah." Kataku.

"Seberapa banyak bekalmu didunia, wahai hambaku?" Ucap Tuhan.


.............. ( BERSAMBUNG )

PART II COMING SOON

No comments:

Post a Comment